Get Mystery Box with random crypto!

http://www.salamdakwah.com/artikel/4662-hukum-wanita-yang-diti | Salamdakwah

http://www.salamdakwah.com/artikel/4662-hukum-wanita-yang-ditinggal-wafat-suaminya

_Ustadzah Niswah Khoiro, Lc Hafizhahallah_

FIKIH WANITA:
HUKUM SEPUTAR WANITA YANG DITINGGAL WAFAT SUAMINYA


Bersedih ditinggalkan orang terkasih adalah manusiawi, apalagi orang yang meninggalkan kita adalah orang yang paling dekat dengan kita, pergi untuk selamanya menuju alam yang berbeda, dahulu seorang shahabiyat yang mulia Ummu Salamah radhiyallahu 'anha ketika suaminya Abu Salamah wafat, ia sangat bersedih sampai mengucapkan sebuah kalimat :
"Adakah orang yang lebih baik dari Abu salamah ?"

Mata boleh menangis, hati boleh bersedih, akan tetapi lisan ini tidak akan mengatakan kecuali apa yang diridhai Rabb kita.
Menangis dibolehkan meratap dilarang, oleh karena begitu berat kesedihan seorang istri ketika ditinggalkan suaminya maka syariat Islam memberikan waktu untuk berkabung selama empat bulan sepuluh hari apabila tidak dalam keadaan hamil dan apabila dalam keadaan hamil maka iddahnya adalah sampai melahirkan.

Allah Subhanahu wata'ala berfirman :

وَالَّذِينَ يُتَوَفَّوْنَ مِنْكُمْ وَيَذَرُونَ أَزْوَاجًا يَتَرَبَّصْنَ بِأَنْفُسِهِنَّ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَعَشْرًا ۖ فَإِذَا بَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيمَا فَعَلْنَ فِي أَنْفُسِهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

"Orang-orang yang meninggal dunia di antara kalian dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber’iddah) empat bulan sepuluh hari. Memudian apabila telah habis masa ‘iddahnya, maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut. Allâh mengetahui apa yang kamu perbuat".
(al-Baqarah : 234)

وَأُولَاتُ الْأَحْمَالِ أَجَلُهُنَّ أَنْ يَضَعْنَ حَمْلَهُنَّ

"Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya".
(ath-Thalaq : 4)

Iddah adalah nama suatu masa dimana seorang wanita menanti atau menangguhkan perkawinannya setelah ia ditinggal wafat oleh suaminya atau setelah diceraikan baik dengan menunggu kelahiran bayinya, atau berakhirnya beberapa quru’ (haidh), atau berakhirnya beberapa bulan yang sudah ditentukan.
(Al mausu'ah al fiqhiyah, kitabul iddah : 5/38)

Selama menunggu masa iddah, ada beberapa perkara yang harus diperhatikan oleh wanita yang ditinggal wafat oleh suaminya, di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Tetap tinggal di rumah suaminya

Hendaknya ia tetap tinggal dan berdiam diri di rumahnya yaitu sampai sempurna masa iddahnya.
Sebagaimana Rasulullah shallahu 'alaihi wasallam memerintahkan seorang shahabiyat Fari'ah binti Malik ketika suaminya wafat untuk tinggal di dalam rumah suaminya sampai habis masa iddahnya.

" امْكُثي في بيتِكِ حتَّى يبلغَ الْكتابُ أجلَهُ. قالت فاعتددتُ فيهِ أربعةَ أشْهرٍ وعشرًا".
صحيح أبي داود, الرقم: 2300

"Tinggallah di dalam rumahmu sampai habis masa iddah. Maka (Fari'ah) berkata maka aku menghabiskan masa iddah di situ selama empat bulan sepuluh hari".
(Sahih Abu Daud no : 2300)

Namun apabila ia ingin keluar untuk membeli keperluannya, ke pasar atau keluar untuk berobat, untuk belajar apabila ia seorang pelajar atau mengajar apabila ia seorang guru, maka keluar untuk tujuan seperti ini diperbolehkan.

2. Tidak boleh menggunakan minyak wangi

Baik wewangian bukhur (kayu gaharu) atau selain gaharu maka ia tidak boleh memakainya, kecuali apabila ia dalam keadaan haidh dan ingin mandi suci maka diperbolehkan untuk menggunakan minyak wangi sedikit saja pada farjinya.

Adapun dalil larangan memakai parfum adalah hadis berikut,

عن أُمُّ عَطِيَّةَ نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَا تَمَسَّ طِيبًا إِلَّا أَدْنَى طُهْرِهَا إِذَا طَهُرَتْ نُبْذَةً مِنْ قُسْطٍ وَأَظْفَارٍ

"Dari Ummu ‘Athiyyah ia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melarang:
“Dan janganlah ia memakai wewangian kecuali pada akhir masa sucinya. Dan jika ia telah suci, ia boleh memakai sedikit obat yang sering disebut qusth atau minyak wangi azhfar”.
(HR. Bukhari)

3. Menjauhi memakai pakaian yang menarik